ALASAN PUTUS SEKOLAH ANEH TAPI NYATA


ALASAN PUTUS SEKOLAH ANEH TAPI NYATA - Putus sekolah dapat diartikan sebagai suatu predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Misalnya, seorang warga masyarakat atau anak yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas lima, disebut sebagai putus sekolah SD. Demikian juga seorang warga masyarakat yang memiliki ijazah SD kemudian mengikuti pendidikan di SMP sampai kelas dua saja, disebut putus SMP, dan seterusnya. Pada dasarnya predikat putus sekolah tidak hanya disandang oleh anak yang berhenti dari suatu instansi pendidikan formal, tetapi anak yang berhenti bersekolah di dalam suatu program pemerintah juga bisa dikategorikan sebagai anak putus sekolah. Sebagai contoh pemerintah memprogramkan wajib belajar sembilan tahun, (enam tahun di SD dan tiga tahun di SMP), jika kemudian ditemukan anak yang sudah lulus SD tapi tidak melanjutkan ke SMP maka anak itu termasuk putus sekolah, sebagaimana Kaufman dan Whitener (dalam Yuda: 2012) yang menyatakan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Yuda (2012:14) mendefinisikan anak putus sekolah ke dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Problem putus sekolah sudah ada di negeri ini sejak jaman dulu dan penanggulangannya pun tidak satu atau dua program. Tapi kenyataanya masih ada saja alasan yang melatar belakangi anak untuk putus sekolah dan mangkir dari institusi pendidikan ini. Berikut akan penulis sampaikan tentang alasan yang aneh tapi nyata, yang mana bisa mendasari keputusan anak untuk berhenti bersekolah. Alasan-alasan ini berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan tugas akhir di program S1.

1) Ketidakcocokan Siswa dengan Sekolah.
Adanya kesenjangan antara siswa dengan sekolah dapat menyebabkan anak berhenti bersekolah. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada saat melakukan wawancara dengan responden anak, salah satu penyebab anak berhenti sekolah adalah guru yang kurang menguasai kompetensi pedagogik. Seorang anak putus SMP ketika ditanya mengapa dia berhenti bersekolah dia menjawab:
Di sekolah males mas mau sekolah, gurunya nggak bisa bercanda gurunya bisanya marah-marah, ada apa dikit dia langsung marah, akhirnya males terus nggak sekolah. Ada guru yang tidak marah-marah juga tapi sudah terlanjur males mau sekolah mas.

Keadaan inilah yang menyebabkan anak kehilangan motivasi untuk bersekolah. Meskipun orangtua memberikan sanksi atas putus sekolahnya sebagai dorongan untuk melanjutkan sekolah, akan tetapi si anak sudah terlanjur tidak memiliki motivasi untuk bersekolah. Padahal menurut responden orangtua anak dan tokoh masysarakat mengenai kualifikasi guru di sekolah, sebesar 83% responden menyatakan guru sudah bagus dan maksimal dalam mengajar, sedangkan 17% responden sisanya menyatakan kurang bagus dalam mengajar.

Ketidakcocokan juga dirasakan oleh anak putus sekolah di Desa Kamal yang memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah karena merasa bosan. Kebetulan sekolah tempatnya belajar adalah yayasan pendidikan agama islam di Kec. Patrang-Jember. Yayasan pendidikan tersebut memberlakukan sistem sekuler sekaligus pondok pesantren, sehingga secara otomatis siswa juga merupakan santri pondok. Ketika ditanya alasan berhenti bersekolah dan apa kekurangan di sekolah dia menjawab:
Gak ada kekurangan emang udah gak mau sekolah, capek wis, males. Kalau sekolahnya kan sebenarnya nggak mau berhenti, tapi karena berhenti mondok, ya sekolahnya ikut berhenti. Sudah males di pondok, kalau di rumah kan bisa nggak kayak di pondok. Sudah nggak krasan di pondok.

2) Kecemburuan Sosial.
Alasan pokoknya adalah kurang memadainya fasilitas akses menuju sekolah. Sebagaimana penjelasan tokoh masyarakat, bahwa sebenarnya alasan ekonomi yang berkaitan dengan pembiayaan anak untuk bersekolah (meliputi; sumbangan wajib, tas, sepatu, alat tulis, dll) masih bisa ditangani oleh orangtua anak, akan tetapi dalam hal akses menuju sekolah masih menjadi kendala bagi sebagian anak. Berbeda dengan MTs Arjasa yang memiliki kendaraan untuk melakukan antar-jemput siswanya untuk bersekolah, sekolah lain yang siswanya bertempat tinggal jauh dari sekolah tidak memiliki kendaraan tersebut. Baik atas dasar kecemburuan sosial atau lainnya, pada kenyataannya alasan itulah yang menurut masyarakat menjadi penyebab putus sekolah. Alasan tersebut sepintas memang terkesan berlebihan jika dijadikan sebagai penyebab putus sekolah, akan tetapi jika dicermati kembali lokasi anak putus sekolah berada di Desa Kamal dan Desa Darsono yang memiliki karakteristik topografi wilayah sebagaimana adanya, maka alasan itu menjadi logis. Topografi Desa Darsono dan Desa Kamal berada pada ketinggian 141 mdpl dan 145 mdpl, artinya desa-desa tersebut berada pada wilayah lereng pegunungan (gunung Argopuro) dimana wilayah gunung memiliki akses transportasi yang sulit dilewati.

Demikian sharing penulis mengenai “sedikit” alasan aneh tapi nyata yang mampu memebuat anak akhirnya memutuskan untuk berhenti dari bersekolah. Semoga dengan artikel kali ini pikiran kita bisa semakin terbuka dan tidak melulu menyalahkan faktor ekonomi dan faktor sosial budaya sebagai segala sumber putus sekolah.

Referensi
Yuda, Dwi Candra Kartika. 2012. Penyebab Anak- Anak Putus Sekolah dan Cara Penanggulanganya. Malang: Universitas Negeri Malang.

Miftakhuddin. 2016. Penyebab Putus Sekolah Pada Anak Usia Sekolah Pendidikan Dasar Tahun 2013-2015) Ditinjau dari Perspektif Etnosains dan Cara Mengatasinya. (Studi Kasus di Kec. Arjasa Kab. Jember Tahun 2016). Jember: Universitas Jember.
Lebih baru Lebih lama