DOSEN DI UNIVERSITAS GLASGOW

DOSEN DI UNIVERSITAS GLASGOW – SKOTLANDIA MENGANJURKAN MAHASISWANYA UNTUK AKTIF NGE-TWIT SELAMA KULIAH

Ketika anda masih bersekolah atau kuliah, mungkin sebagian besar dari anda akan dimarahi oleh guru manakala anda ketahuan sedang asyik dengan gadget saat pembelajaran berlangsung. Hal ini terjadi karena guru merasa tidak dihargai dan merasa “diduakan” dengan gadget anda. Sang guru tidak mau perhatian anda tertuju pada objek lain selain guru dan pembelajarannya. Namun hal ini tidak berlaku mutlak bagi seluruh sekolah atau kampus. Di universitas Glasgow, Skotlandia, anda akan bisa bertemu dengan dosen yang justru merasa senang jika mahasiswanya aktif menghadap gadget. Kampus memang kandangnya para akademisi, anda akan menemukan orang-orang kritis, akademis, cendikia, dan unik di tempat itu. Hal aneh semacam inilah yang mungkin hanya bisa anda temui di kampus Glasgow, Skotlandia. Perkahkah anda bertanya-tanya, mengapa sang dosen menganjurkan mahasiswanya untuk ngtwit selama perkuliahan berlangsung?. Skotlandia adalah sebuah negara dengan kampus tua yang banyak, bahka sejak abad ke 15 disana sudah berdiri kampus. Logikanya, pasti mereka sudah berpengalaman dalam melakukan pembelajaran di kampus dan menemukan berbagai model pembelajaran yang unik serta efektif. Hipotesis ini berdasarkan pengalaman dan analisis penulis sendiri bahwasannya untuk mengetahui seberapa efeltif pembelajaran oleh guru atau dosen dalam perkuliahan dapat dibuktikan dengan menguji seberapa banyak materi yang diserap oleh siswa/mahasiswanya. Bagaimana cara mengukurnya? Salah satunya adalah dengan presentasi. Nah, mengapa dosen di Glasgow yang satu ini tidak menggunakan presentasi? Perlu kita kethui bersama bahwasannya tingkat kepercayaan diri mahasiswa tidaklah sama, bahkan gaya berkomunikasi mahasiswa juga berbeda. Hal inilah yang (mungkin) mendasari dosen tersebut untuk menjalankan kebijakan “aktif ngtwit” di kelasnya.

Melalui anjuran untuk aktif memposting informasi atau hasil pembelajaran selama perkuliahan di twitter, maka akan membuat mahasiswa merasa percaya diri dalam menyampaikan hasil belajarnya di dunia maya. Belum lagi ketika terdapat komentar dari rekannya, maka akan sangat memungkinkan terjadinya diskusi baik secara personal maupun sosial, dengan demikian maka hasil belajar yang tadinya hanya sebatas informasi dari dosen akan semakin berkembang dan memungkinkan muncul gagasan-gagasan baru dari mahasiswa. Kemudian apakah diskusi hanya berlangsung di dunia maya tanpa adanya tatap muka langsung? Secara psikologis, seorang yang aktif “berdiskusi” di dunia maya, maka dapat direpresentasikan di dunia maya terkait dengan hasil diskusinya tersebut. Which is, mahasiswa yang tadinya tidak percaya diri dalam presentasi di dalam kelas kuliah, setelah melakukan diskusi via twitter dan terbiasa menyampaikan pendapat dan pengetahuannya di muka umum/maya, maka akan mampu pula dalam melakukan presentasi di dalam kelas atau tatap muka secara langsung. Model pengajaran seperti ini barangkali bisa menjadi rujukan untuk para dosen yang memiliki masalah dengan kelasnya, dimana mahasiswa kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Hal-hal unik seperti ini adalah satu dari sekian banyak keunikan di dunia kampus. Di Universitas Jember, Fakultas Ilmu Budaya, bahkan anda bisa menemukan mahasiswa telanjang dada naik ke atas genten, membaca puisi lalu menyiramkan tinta hitam pada dirinya. Apa maksud tindakan tersebut, setelah penulis tanyakan pada rekannya, ternyata itu adalah suatu  bentuk protes terhadap kebijakan kampus. Masih banyak hal-hal unik lainnya yang akan penulis sampaikan pada artikel berikutnya. Untuk saat ini, sekian dulu. Assalamualaikum wr.wb.
Lebih baru Lebih lama